Rabu, 27 April 2016

Festival Lomba Seni Budaya Gugus 03 Kecamatan Kebonagung di SD Negeri Sidomulyo I

Posted by SDN Sidomulyo 1 Kebonagung On 22.29

Untuk meningkatkan prestasi pelajar di bidang seni dan budaya, UPT TK dan SD Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan menyelenggarakan Festival Lomba Seni Budaya tingkat Sekolah Dasar se-Kecamatan Kebonagung.
Beragam lomba diikuti murid dari kelas 1 sampai kelas 5 diadakan untuk menjaring siswa berprestasi dibidang seni. Menurut Ketua Penyelenggara, terdapat beberapa cabang lomba yang mana diadakan seleksi dari masing-masing gugus yang ada di Kecamatan Kebonagung dan juara dari seleksi gugus akan diikutkan dalam Festival Seni Budaya Kecamatan Kebonagung.
Cabang lomba itu antara lain kreativitas seni puisi, menyanyi, melukis, pidat dalam bahasa jawa dan lain sebagainya.
Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo I Kecamatan Kebonagung mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah untuk wilayah Gugus 03 Kebonagung. Dalam sambutanya Wasino selaku Ketua Gugus 03 Kecamatan Kebonagung mengatakan, tujuan acara yang setiap tahun diadakan ini sangat efektif untuk meningkatkan kreativitas siswa di bidang seni. Selain itu juga dapat menumbuhkan kecintaan siswa-siswi dalam melestarikan budaya tradisional.
"Tujuan utama kegiatan ini adalah mengembangkan bakat dan memberikan ruang bagi kreativitas dan potensi siswa di bidang seni dan sastra. Siswa bisa diwadahi dalam mengangkat potensi yang dimilikinya, "ucapnya.
Wasino mengaku antusiasme peserta baik dari pihak sekolah maupun pelajar sangat tinggi karena. Sejak acara dimulai jam 7 pagi, para peserta dari tiap cabang lomba saling unjuk gigi menciptakan hasil karya yang terbaik dihadapan juri.
"Penampilan semua peserta sangat baik, terutama menyanyi dan pidato dalam bahasa jawa. Semua bagus-bagus tapi tetap harus ada pemenangnya, " tuturnya.
Pihaknya mengingatkan pada para peserta bahwa soal menang atau kalah itu urusan belakang karena yang terpenting adalah bisa memberikan pengalaman bagi peserta didik serta melatih rasa sportivitas dalam diri para siswa-siswi Sekolah Dasar.
"Yang penting keluarkan dulu semua kemampuan, karena kalah dan menang itu hal biasa. Bagi yang menang akan kami sertakan dalam lomba tingkat Kecamatan, " tambannya.



 






















Dokumentasi oleh
Tim Perpustakaan dan Informasi SDN Sidomulyo I Kebonagung
Hanung Prasetya Utomo, S.I.Pust

Kamis, 14 April 2016

Cerita Sejarah Pacitan - ASAL USUL DESA SANGGRAHAN

Posted by SDN Sidomulyo 1 Kebonagung On 23.23


KI AGENG BANDUNG DAN PANJI SANIAYANGRANGIN
(ASAL USUL DESA SANGGRAHAN DAN LOROK)
Cerita Sejarah dari Kabupaten Pacitan

Hari masih sore, namun mendung hitam tebal membuat sore itu seakan telah tengah malam. Rembulan yang sedang purnama sama sekali tidak tampak. Suasana ini semakin sepi dan gelap pekat, segelap dan sepekat hati, pikiran Den Mas Bandung sore itu. lalsandarkan bahunya ke balai-balai tempat ia mengajarkan pengetahuan ilmu agama terhadap anak-anak dan remaja. Pikiran dan telinganya teringat, terngiang pesan orang tuanya di tanah Periangan sebelum mereka mangkat.
“Ngger... Ayah dan ibunda berpesan, suatu saat nanti jika ayah dan bundamu telah tiada hidup rukun dan damailah bersama adikmu. Sebagai putra tertua kau akan meneruskan tahta di tanah Periangan ini. jadilah penguasa yang arif, biiaksana, mengayomi kawulo dasih demi ketenteraman dan kedamaian masyarakat!"
“Daulat ayahanda akan hamba laksanakan. Hamba mohon doa restu ayah-bunda.”
Akan tetapi apa yang terjadi? Setelah ayah dan ibunya mangkat adik satu-satunya berambisi menggantikan. Den Mas Bandung tahu sebagai putra mahkota seharusnya dialah yang menggantikannya. Namun dia memilih mengalah daripada terjadi pertumpahan darah dengan adiknya. la berusaha menepati pesan dan wasiat orang tuanya tetap hidup rukun dan damm bersama adiknya, sehingga memilih mengembara dan sampai di wilayah keraiaan Pajang sampai sekarang. Untuk menghibur galau hatinya dialunkan tembang macapat “maskumambang" dengan Iirik yang sangat menyentuh.
Urip ira pinter samubarang kardi
Saking ibu rama
Ing batin saka Hyang Widhi
Mulane wajib sinembah
Sejatine sembah bhekti marang gusti
Tuwin ibu rama
Iku tindak bener becik
Ora ldmung rota krama
Hidupmu pandai/mengerti terhadap banyak hal
Dari ibu dan bapak
Di dalam batin dari Tuhan Yang Maha Kuasa
Makanya wajib disembah
Sebenarnya sembah dan bakti terhadap Tuhan YME
Dan terhadap ibu
ltu perilaku yang benar dan baik
Tidak hanya bertata-krama

Dua puluh tembang maskumambang itu terasa meringankan beban berat akibat pengalaman dan kenangan masa Ialu. Setiap ada kesedihan, kegalauan ia lantunkan tembang-tembang yang dapat menghibur hatinya; karena dia begitu mencintai tembang-
tembang jawa walau dilahirkan di tanah Sunda. Tersebutlah seorang pemuda yang ikut memperdalam ilmu agama dan berguru kepada Ki Ageng Bandung. la bernama Panji Sanjayangrangin. Ia seorang pemuda yang tekun belajar dan selalu setia kepada gurunya.
“Sanjaya...sore ini sengaja kau kupanggil karena ada sesuatu yang harus aku sampaikan padamu."
“Baiklah Ki Ageng." Ki Ageng sebutan terhadap Den Mas Bandung.
“Begini..." Ki Ageng Bandung membenahi tempat duduknya. “Kau tahu, aku telah menetap di wilayah Pajang ini sejak beberapa tahun silam sehingga telah saatnya aku mesti meneruskan pengembaraanku. Padepokan ini aku serahkan kepadamu. Tuntunlah saudara-saudaramu, adik-adikmu dalam belajar!"
“Ki Ageng akan mengembara kemana? Kemana pun Ki Ageng pergi jika diperkenankan aku akan selalu menyertai. Belum cukup pengalaman dan pengetahuan yang harus aku pelajari dari Ki Ageng. Lagi pula bukankah aku dapat membantu Ki Ageng sesuai kemampuan?"
“Sudahlah... Tinggalah kau di tempat kelahiranmu. Kau akan dapat mengabdikan diri di keraiaan Pajang ini."
“Apakah yang dapat aku lakukan tanpa Ki Ageng Aku hanya seorang hamba bukan bangsawan atau prajurit yang dapat membela negara dan kerajaan."
“Kau harus tahu Sanjaya  bahwa pengabdian tidak hanya dapat dilakukan oleh pejabat, orang berpangkat, atau konglomerat. namun juga dapat dilakukan oleh rakyat, orang melarat atau siapa pun. Berjuang itu bukan untuk mencari beras, baju dan uang, namun berjuang itu sebuah pengorbanan yang tulus, ikhlas tanpa pamrih. Pahlawan bukan hanya mereka yang gugur memanggul senjata membela bangsa di medan laga, akan tetapi semua perbuatan baik untuk kepentingan masyarakat, kepentingan bersama, bangsa dan negara; itulah jiwa kepahlawanan, lngat pesan para winasis dan leluhur kita dalam tembang Dhandhanggula berikut:
Dhuh nak angger padha dipun cling
Apa kang aran kapahlawanun
Dudu mung kar'na crane
jiwa tansah anggugu
Pakaryan utama Ian becik
‘Ra krona drajat pangkat
Lan sifat ngadigung
Ugo adigang-adiguna
Nanging sucining afi resiking budi
Mrih sedaya utamu
“Saniaya... tembang ini mengajarkan bahwa jiwa kepahlawanan ini didasari perbuatan baik. bukan karena derajat, pangkat, kedudukan apalagi sifat adigang, adigung, adiguna
sombong mengandalkan hartanya, kekuatannya, kekayaannya atau kepandaiannya."
“Lalu apa Ki Agengl"
"Yang utama sucinya hati, bersihnya budi dan itu semua bertujuan mendapatkan kebaikan."
“Ki Ageng mohon dimaafkan karena aku belum dapat melakukan seperti yang Ki Ageng pesankan. Oleh karenanya apapun yang terjadi dan kemana pun Ki Ageng pergi
mengembara Sanjaya akan menyertai."
“Mengapa niatmu begitu keras, tekatmu begitu bulat Sanjaya?“
“Sebab, aku masih harus belaiar dan menimba pengalaman dari Ki Ageng."
“Baiklah kalau begitu, besuk kita berangkat. Tetapi kau mesti ingat bahwa perjalanaan hidup yang akan kita lalui penuh liku-liku, banyak tantangan dan godaan. sanggupkah kau Sanjaya?"
Berapa lama perjalanan Ki Ageng Bandung dan Panji Sanjayarangin tidak diceritakan, akan tecapi keduanya telah sampai di Kadipaten Ponorogo yang saat itu penguasanya Bathara Katong. Mereka mengabdi kepada penguasa Ponorogo ini. Sebelum itu, di Ponorogo kedatangan Ki Ageng Ampak Baya dan Ki Menak Sopal. Atas seizin penguasa Ponorogo kedua orang ini membuka hutan. Ki Ampak Baya membabat hutan di wilayah Pacitan, sedang Ki Menak Sopal membuka hutan di sebelah timur Ponorogo yang dalam perkembangannya wilayah ini bernama Trenggalek. Ki ageng Ampak Baya kemudian terkenal dengan nama Ki Ageng Posong memimpin perdikan ketiga, sebab tanah perdikan pertama berlokasi di jati dan tanah perdikan kedua dipimpin oleh Ki Ageng Petung di Rejasa. Sedang tanah perdikan keempat dipimpin/didirikan oleh Syeh Maulana Maghribi, seorang mubalig penyebar Islam bercempat tinggal di Duduwan.
Dengan datangnya Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong dan Syeh maulana Maghribi di Pacitan terjadi lslamisasi. Pendatang baru ini harus berhadapan dengan penguasa setempat yaitu Ki Ageng Buwono Keling yang tetap mempertahankan tradisi-tradisi Hindu-Budha.
Pengabdian Ki Ageng Bandung dan Panii Saniayangrangin kepada penguasa Ponorogo mendapatkan sambutan baik, dan bahkan telah beberapa tahun mereka menunjukkan kesetiannya sehingga suatu hari mereka dipanggil menghadap.
“Ki Ageng Bandung dan kau Panji, kesctiaanmu terhadap Ponorogo tidak saya ragukan. Sebenarnya saya senang kalian berdua tinggal di sini, akan tetapi sebagai wujud kepercayaan dan rasa kasihku kalian saya serahi wilayah sebelah tenggara Ponorogo. Bukalah hutan di sana. Sanggupkah kalian?"
“Hamba sanggup Paduka!" sahut Ki Ageng Bandung dan Panji Sanjaya hampir bersamaan.
“Kami hanya dapat menghaturkan terima kasih dan mohon doa restu!"
“Tapi ingat bahwa di Rejasa, Posong, Duduwan telah ada yang memiliki. Bukalah hutan di sebelah timur."
Ki Ageng Bandung dan Panji Sanjayangrangin disertai beberapa orang dari Ponorogo telah memasuki wilayah yang akan dibuka.
“Sanjaya...mari kita membuat pesanggrahan di sini untuk tempat peristirahatan. jika nanti ada tempat yang lebih baik untuk kita diami kita berpindah, namun jika tidak di sini pun tempatcnya sudah lumayan." Sanjayangrangin dan lainnya menurut perintah Ki Ageng Bandung. Mereka membabat hutan dan membuatt rumah untuk pesanggrahan. Sampai sekarang tempat ini bernama Sanggrahan dan termasuk wilayah Desa Ketro Wonojoyo, Kecamatan Kebonagung, Pacitan.
Pembabatan hutan oleh Panji Sanjayangrangin diteruskan dimulai dari selatan yaitu di sekitar Gunung Kunir. Akan tetapi setelah dibabat tempat ini tidak rata penuh dengan bukit dan lembah. Pembabatan semakin ke utara. Di sini tempatnya rata yang sampai sekarang dinamakan Desa Nglaran (dari welaran = pelebaran) yaitu pelebaran dari wilayah Gunung Kunir. Dengan seizin Ki Ageng Bandung Nglaran ditempati Panji
Sanjayangrangin, sedang Sanggrahan ditempati oleh Ki Ageng landung.
Suatu sore Panji Sanjayangrangin bertandang ke Sanggrahan. Di ruang depan ia kelihatan sedang berbincang dengan Ki Ageng Bandung.
“Pembukaan hutan harus kita teruskan Sanjaya."
“Lantas wilayah sebelah mana yang harus kita buka, Ki?
Bukankah kita telah menjadikan beberapa pedusunan dan telah menemukan tempat tinggai?" '
“Benar Sanjaya, namun kita harus ingat bahwa pembukaan hutan ini bukan hanya untuk diri sendiri, kita mesti mengingat anak cucu kita nanti. Lagipula selagi kita masih kuat marilah kita lakukan sesuatu untuk kemaslahatan orang banyak."
Pagi-pagi benar setelah sholat subuh Ki Ageng Bandung dan Panii Saniayangrangin telah memasuki hutan di sebeiah timur. Daerah yang mereka temukan merupakan perbukitan yang kurang menarik namun wiiayah Lorok (saat itu belum dinamakan Lorok) menjadi perhatian sebab bagian yang rata lebih luas, sumber air banyak walaupun di sana-sini banyak rawa. Menurut perhitungan Ki Ageng Bandung daerah ini sangat subur. Ki Ageng Bandung dan Panii Sanjayangrangin sepakat akan tinggai  situ. Oleh Karena itu, pembukaan hutan dimulai dari lereng bukit sebelah selatan dan perkembangan berikutnya daerah yang dinamakan Dusun Bandung. Sesepuhnya Ki Ageng Bandung dan Panji Sanjayangrangin juga ikut tinggai di situ.  Ki Ageng Bandung lama tidak sowan ke Ponorogo; pada-hal berkat kemurahan Adipati Ponorogol mereka dapat membuka hutan dan menjadikan pedusunan yang ramai. Oleh karena itu, Ki Ageng membulatkan tekat untuk sowan ke Ponorogo. Dan benar juga, suatu sore ia sudah berada di pendopo Kadipaten Ponorogo.
“Assalamu ‘alaikum ndoro Adipati."
“Wa'alaikum salam. Ooh... Ki Ageng Bandung. Silahkan paman!"  (Bersambung).....

Minggu, 03 April 2016

Hasil Try Out Memuaskan, Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Optimis

Posted by SDN Sidomulyo 1 Kebonagung On 20.59

Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Pacitan, Sakundoko menyatakan siap menggelar agenda Ujian Nasional (UN) di semua sekolah di Pacitan. pihaknya pun optimistis hasil UN pada tahun ini lebih baik dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Menurut Sakundoko, rasa optimisme ini cukup beralasan karena dari hasil pengayakan soal hasilnya cukup memuaskan. Yang terpenting menurut Sakundoko adalah dukungan dan bimbingan orang tua selalu ada untuk putra putrinya.
Pada tahun ini, jumlah peserta UN di Pacitan adalah 14.419 siswa, termasuk sekolah dibawah kantor kementerian agama. Dengan rincian, SMA 1.272, MA 796 dan SMK 3.292. Sedangkan SMP 6.253 serta MTs1.864.
Sebagaimana diketahui, pada tahun 2014, secara kuantitatif tingkat kelulusan siswa SMA mengalami kenaikan. Hal itu dapat dilihat dari semakin sedikitnya siswa yang tidak lulus. Diketahui, ada dua siswa yang tidak lulus pada tahun ini, sedangkan pada tahun lalu ada empat siswa yang dinyatakan tidak lulus.
Dua siswa dinyatakan tidak lulus karena nilai rata-rata mereka di bawah standar kelulusan. Masing-masing dari SMKN 3 Pacitan dan MA Muhammadiyah Ketro. Mereka jeblok pada mata pelajaran (mapel) matematika. Namun hal ini lebih baik dari tahun 2013 mengingat pada tahun lalu jumlah siswa yang tidak lulus sejumlah empat siswa.


Source : pacitanku.com