Hujan rintik-rintik mengiringi prosesi puncak peringatan Hari Jadi
Kabupaten Pacitan ke- 269, Rabu (19/2). Mendung pekat yang menggelayut
diatas langit Pacitan, semakin menambah kesakralan ritual religi yang
diselenggarakan saban tahun tersebut. Sebelum melakukan kirab, serta
minum rucuh pace layaknya histori Bupati Noto Puro kala itu, Adi Pati
Pacitan saat ini, H. Indartato beserta jajarannya melaksanakan
wilujengan di tlatah agung kadipaten. Alunan musik karawitan pun mulai
mengalun mendayu-ndayu mengiringi prosesi wilujengan dengan sesaji
buceng, sego golong, punar sejodo, sego rames sejodo, ulam sari, jajanan
pasar tujuh rupa, gedang setangkep, jenang tolak balak, jenang genep,
kembang telon, tembakau, sirih lengkap dengan gambir serta gantalan dan
telor jawa asli. Usai acara tersebut, Bupati Indartato dengan didampingi
Sekkab Pacitan, unsur Muspida, Ketua Pengadilan Negeri, serta Ketua
DPRD Pacitan, bertolak menuju Desa Sukoharjo dan Nanggungan untuk
mengambil tirto wening dan rucuh pace. Dari pendopo, rombongan diantar
dengan menggunakan kendaraan dinas masing-masing. Usai mengambil ubo
rampe (rucuh pace dan tirto wening) sebagai syarat sahnya upacara
peringatan Hari Jadi Pacitan, Bupati Indartato dan rombongan melanjutkan
perjalanan menuju perempatan Penceng. “Disitu (perempatan Penceng, Red)
bupati akan melangsungkan prosesi minum rucuh pace dan penyucian diri
dengan tirto wening,” ujar Rachmad Dwiyanto, Ketua Panitia Prosesi Hari
Jadi Kabupaten Pacitan ke-269. Selanjutnya, iring-iringan yang terdiri
dari satu orang manggolosubo, 33 pasukan pembawa pataka, 10 pasukan
kuda, serta 169 pasukan pedang, mengiringi kirab agung Bupati Indartato
menuju Pendopo dengan menaiki kereta kencana. Ikut serta dalam
iring-iringan orang nomor satu di Pacitan itu, seorang Mantri Jobo.
Disisi kanan- kiri kirapan agung tersebut, juga diterjunkan sebanyak 200
pesilat dari IPSI setempat yang bertugas melakukan pengamanan pagar
betis sepanjang perjalanan bupati dari perempatan Penceng menuju Pendopo
Pemkab Pacitan.
Sesampai di pelataran pendopo, iring-iringan kereta kencana bupati
langsung disambut Mantri Njero. Sementara rucuh pace yang merupakan
symbol kebugaran dan semangat dalam memimpin kabupaten berjuluk Kota
1001 Goa, serta tirto wening, diserahkan oleh pasukan pengiring kepada
abdi dalem. Pada kesempatan tersebut, Bupati Indartato beserta first
lady Pacitan, Ny. Hj. Lucki Baskorowati Indartato dipersilakan menuju
dampar kencono untuk beristirahat sejenak.
Saat berada di Alon-Alon Pacitan, Bupati Indartato, berkenan melakukan
lounching Jinggle Pacitan Paradise Of Java yang ditandai dengan
pelepasan balon. Pada kesempatan tersebut, para pejabat layaknya
punggawa kerajaan disuguhi bermacam hiburan. Seperti fragmen bertajuk
Tumenggung Pace, serta tari kolosal Klonthong Jengglor. Kegiatan prosesi
kian semarak ketika dilangsungkan rebut tuwah rucuh pace serta
gunungan. Bupati Indartato berbaur dengan masyarakat dan melakukan
kembul bujono ondro wino nasi bungkus daun jati yang diikat dengan
janur.
Acara ini juga dimeriahkan oleh Pesta Rakyat dari 12 Kecamatan di Kabupaten Pacitan, Gelar Musik Dangdut JTV, Pameran Buku Pacitan Membaca 2014 bersama Gramedia dan Perpustakaan Daerah Pacitan, Lomba Perahu, Parade Marching Band Akademi Militer, hingga acara puncak Pesta Kembang Api dan Pagelaran Wayang Kulit bersama Ki Purbo Asmoro, S.Kar, M.Hum dalang kondang yang merupakan Putra Pacitan.
Kirab Senjata Pusaka, dan Pejabat Teras Pacitan
Foto diambil dari Depan GOR Gasibu Swadaya Pacitan
Persiapan Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk
Bersama Putera Pacitan
Ki Purbo Asmoro, S.Kar, M.Hum
di Alun - Alun Pacitan 19 Februari 2014
By Mas Hanung
Pustakawan dan Staff IT SDN Sidomulyo I, Kebonagung
Pacitan