Bulan suci Ramadhan sudah sudah datang
berkunjung, seluruh umat Islam di belahan bumi mana saja pasti akan
menyambut kunjungannya dengan penuh suka cita. Tak terkecuali kita di
Kota Tangerang, tentu amat bersyukur dan berucap Alhamdulillah karena
kita masih bisa bertemu kembali dengan bulan Ramadhan yang penuh dengan
kasih sayang dan ampunan dari Allah SWT. Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang
diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kamu berpuasa padanya." (HR
Ahmad).
Dalam hadits lain dari Abi
Sa'id al-Khudri ra. menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Tak ada seseorang yang berpuasa sehari saja karena Allah, melainkan
Allah SWT akan menjauhkan wajahnya dari api neraka dalam jarak tujuh
puluh tahun." (HR. Bukhari dan Muslim). Beliau juga menganjurkan umatnya
untuk menyambut bulan Ramadhan ini dengan semangat kegembiraan. Dan hal
ini amat wajar sekali, mengingat bulan Ramadhan merupakan penghulu dari
segala bulan (sayyidusyhur) yang di dalamnya terkandung banyak
keutamaan yang tidak ada dalam bulan-bulan lain.
Bulan
Ramadhan bisa diibaratkan sebagai sekolah khusus di mana tahun ajaran
barunya selalu dibuka setiap tahun dengan standar kompetensi yang
dijadikan acuan adalah agar umat Islam sebagai peserta didik mampu
menjadi hamba-hamba yang bertaqwa. Sementara kompetensi dasar yang harus
diupayakan adalah agar umat Islam mampu menahan diri dari segala yang
membatalkan sejak terbit fajar hingga matahari terbenam di ufuk barat.
Ketika umat Islam mengikuti dengan benar atauran-aturan dalam sekolah
Ramadhan sesuai yang telah ditetapkan dalam silabus Tuhan, maka ia akan
lulus dengan menyandang gelar muttaqin.
Banyak
ulama salafusshalih yang memberikan penjelasan tentang hakikat bulan
Ramadhan sebagai bulan pendidikan, di antaranya adalah Syaikh Raghib
As-Sirjani dalam buku‘Ramadhan wa Bina’ul Ummah’ menyebutkan, bahwasanya
di dalam bulan Ramadhan terdapat banyak kandungan nilai-nilai
pendidikan dan pengajaran (durusuttarbiyah wata’lim) yang harus dipahami
dan dijalankan oleh kaum muslimin agar pesan-pesan Allah SWT melalui
kehadiran bulan Ramadhan dapat dijadikan medium dan sarana efektif untuk
mendekatkan diri (taqarrub ilallah).
Pertama,
bulan Ramadhan mendidik kaum muslimin untuk menunaikan pesan-pesan, dan
perintah-perintah Allah SWT secara total dan penuh ketaatan. Sebab
aturan main, petunjuk teknis dan pelaksanaannya sudah teramat jelas
termaktub di buku pegangan umat Islam, baik di dalam al qur`an, hadits
hingga penjelasan-penjelasan para ulama salaf maupun khalaf. Umat Islam
hanya dituntut melaksanakan semuanya dengan total.
Pertanyaan-pertanyaan kritis tentang segala hal yang berlaitan dengan
pesan-pesan agama hanya dimaksudkan sebagai upaya semakin meneguhkan
keyakinan bukan malah mencuatkan keraguan terhadap kebenaran
ajaran-ajaran agama.
Kedua, bulan
Ramadhan mendidik kaum muslimin agar mampu mengendalikan syahwatnya dan
menahan nafsunya dari segala kecenderungan kepada perbuatan ataupun
perilaku-perilaku yang berpotensi membuat ibadah di dalamnya menjadi
rusak. Ketika Ramadhan kaum muslimin dilarang melakukan segala hal yang
pada hakikatnya pada bulan lain termasuk halal dilakukan pada siang
hari. Seperti makan, minum, dan berhubungan suami-istri.
Oleh
karenanya, seorang muslimyang telah mendapatkan pendidikan pada sekolah
Ramadhan, diharapkan lebih mampu untuk menahan diri dari makanan dan
minuman yang tidak jelas asal-usulnya, serta mampu untuk menjaga diri
dari pergaulan lawan jenis yang diharamkan. Sekolah ramadhan, pada
hakikatnya mendidik agar kaum muslimin yang terdaftar sebagai peserta
didik di dalamnya mampu memutus dominasi syahwat. Syahwat bisa kuat
dengan makan dan minum, dan setan selalu datang melalui pintu-pintu
syahwat. Maka dengan bersekolah secara benar di sekolah Ramadhan syahwat
dapat dipersempit geraknya.
Ketiga,
sekolah Ramadhan mendidik kaum muslimin agar menahan kecenderungan nafsu
yang merusak dan didorong untuk memiliki kesanggupan menahan amarah.
Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, ”Setiap amal anak Adam
adalah untuknya kecuali puasa. Karena, sesungguhnya puasa adalah
untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Maka,
apabila salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, janganlah ia
mengucapkan kata-kata kotor, bersuara tidak pantas, dan tidak mau tahu.
Lantas jika ada seseorang yang menghinanya atau memeranginya
(mengajaknya berkelahi), maka hendaklah ia mengatakan, ’Sesungguhnya aku
sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari
Muslim).
Kelima, Ramadhan mendidik
kaum muslimin agar memiliki rasa persatuan, persaudaraan, dan kasih
sayang. Segenap kaum muslimin di seluruh penjuru dunia akan berpuasa
pada hari yang sama dan berbuka pada hari yang sama pula. Mereka akan
mulai berpuasa pada saat yang sama, ketika fajar, dan berbuka di saat
yang sama pula, yaitu ketika maghrib. Ramadhan tidak membedakan antara
yang kaya dan miskin, penguasa dan rakyat biasa. Sungguh luar biasa, ada
jiwa kebersamaan yang memasuki hati kaum muslimin pada bulan Ramadhan.
Keenam,
Ramadhan mendidik kaum muslimin merasakan penderitaan dan kesulitan
orang lain. Kaum muslimin merasakan penderitaan lapar dan dahaga untuk
waktu tertentu pada siang Ramadhan. Ia merasa lapar dan menderita
seperti yang sering dirasakan fakir miskin atau seperti yang dikatakan
Ibnu Qayyim, ”Puasa dapat mengingatkan bagaimana rasanya perut
keroncongan dan dahaga yang membakar dan sering dirasakan para fakir
miskin”. Sehingga, di saat ia melihat orang lain serba kekurangan, maka
tersentuhlah hatinya untuk berbagi kepada mereka.
Setelah
sebulan penuh dididik Ramadhan, ilmu pun didapat, maka langkah
selanjutnya adalah mengamalkannya di sebelas bulan berikutnya. Islam
menginginkan orang yang berilmu mengamalkan ilmunya demi kebaikan diri
dan orang lain. Ilmu pada seseorang ibarat sebatang pohon dan amal
sebagai buahnya. Perintah belajar dan menuntut ilmu bertujuan
meningkatkan kuantitas dan kualitas amal muslim. Dengan amal itu pula,
muslim memperoleh kebahagiaan di dunia dan selamat di akhirat. Wallahu
a’lan bishowwab!